Anugerah tuhan meningkat seiring dengan praktik. Rasa senang menyenangkan dan welas asih tumbuh ketika kita membiarkannya mengalir. Kita hanyalah sebuah instrumen, saluran untuk keluar masuknya anugerah ini.
Welas asih mencakup kesediaan untuk mengenali daya di dalam diri seseorang sepenuhnya sehingga bersedia menanggung sedikit lebih banyak ketidakberdayaan mereka.
Nilai-nilai ini tidak habis karena meningkat dengan praktik. Jika kita tidak memilih setiap hari dan dengan sengaja mempraktikkan welas asih, tidak mungkin setahun dari sekarang kita akan lebih mengasihi lagi. Nilai-nilai ini juga tidak akan pernah habis karena memang selalu ada di dalam diri kita. Ada tempat di dalam diri kita yang menyimpan welas asih.
Hamba mengundang Tuan untuk menyisihkan waktu tenang menjalani langkah-langkah sederhana ini dengan niat dan keterbukaan.
- Kenali perasaan welas asih di dalam diri Tuan. Ia ada di sana. Hormati, bangunkan dan berdayakan secara aktif.
- Ingatlah seseorang yang karenanya Tuan merasakan niat baik dan kelembutan yang tulus, seseorang yang sangat Tuan sayangi. Kirimkan welas asih kepada orang ini.
- Bangkitkan welas asih untuk seseorang; teman atau rekan biasa—seseorang yang tidak berada di lingkaran dalam Tuan, sedikit lebih jauh, seseorang yang Tuan kagumi atau hargai. Kirimkan perasaan Tuan untuknya.
- Kirimkan welas asih kepada seseorang yang Tuan rasa netral atau acuh tak acuh. Misalnya, petugas SPBU atau kasir. Kirimkan berkah Tuan kepada orang ini.
- Pikirkan orang, kalau ada, yang telah menyakiti Tuan, yang telah berbicara buruk tentang Tuan, yang sulit Tuan sukai atau Tuan tidak suka berada di dekatnya. Berkahi mereka.
- Bawa semua lima orang pertama ini ke dalam perasaan welas asih yang mengalir, termasuk diri Tuan sendiri. Tahan mereka di sini selama beberapa saat.
- Akhirnya, alirkan welas asih ini untuk merangkul semua makhluk di alam semesta. Itu adalah satu bagian dari cinta, satu cinta terhadap semua, tanpa memandang agama, ras, budaya, atau apapun juga.
Praktik ini dapat membantu Tuan sadar bahwa, di dalam hati, pikiran dan tubuh Tuan, cinta tidak ditentukan oleh kelayakan objek. Cinta ditentukan oleh pemberi cinta, yakni Tuan.
Leave a Reply