Hidup adalah sebuah perjalanan yang entah di mana ujungnya. Karenanya hamba mesti menjalaninya dengan baik sehingga hamba bisa selamat di akhir perjalanan, dengan rasa damai di sepanjang jalan. Buah pengalaman, caranya dengan menguasai diri. Hamba menguasai diri, hamba dapat mengendalikan segala aspek kehidupan, bahkan sesuatu yang berada di luar lingkungan hamba, berada di luar kendali hamba.
Berjuang di lingkungan luar kendali, semestinya hamba tumbuh dan berkembang dikenal sebagai orang penting, secara fisik dan mental. Orang penting yang berguna bagi seluruh alam, mudah memainkan peran sebagai panutan bagi sesama manusia.
Jika Tuan seperti hamba, Tuan mesti memiliki dorongan batin ini, untuk memperbaiki diri. Tuan tidak dapat memungkiri bahwa ketika dihadapkan dengan kenikmatan, Tuan akan menemukan kesulitan untuk tidak tergoda, apalagi bertebaran kisah-kisah sukses secara instan yang memesona, membuat mudah bingung. Untuk menjadi orang penting itu, pilih mengejar berkarir sukses atau menjalani kehidupan apa adanya?
Mungkin ada bisikan kecil di atas pundak kiri Tuan mendesak untuk memilih jalan menuju kenikmatan yang mudah dijangkau, dengan kelalaian dan ketidak pedulian. Di pundak kanan ada minoritas yang meyakinkan Tuan jalan yang harus dilewati dengan kerja keras, banting tulang dan kelelahan.
Kedua-duanya mendorong Tuan mengambil keputusan.
Pundak kiri berpendapat, karena pada akhirnya Tuan akan mati, mengapa tidak sedikit bersenang-senang dan menimbun dunia sebelum masuk liang lahat?!
Cepat atau lambat, Tuan akan menyadari bahwa jalan pintas yang diiming-iming oleh khayalan bukanlah jalan yang tepat untuk dilewati, karena tidak mendukung Tuan tumbuh dan berkembang sebagai orang penting.
Sedangkan minoritas di pundak kanan merasa nyaman; Tuan sukses di mata publik. Ini bukan jalan pintas, tapi bisa dilewati, dan sepertinya pilihan yang tepat. Tuan pun dapat melewatinya dengan menginvestasikan sebagian besar waktu ke lebih banyak pekerjaan sebagai jaminan kesejahteraan bagi keturunan Tuan.
Air beriak tanda tak dalam
Memainkan peran di panggung sandiwara kehidupan tidaklah gampang. Entah berakhir kapan dan di mana, baik itu [berakhir] menderita ataupun bahagia. Bagaimanapun hamba memilih jalan terjal penguasaan diri daripada membiarkan diri hamba tergoda oleh khayalan, membohongi diri, dan kabur dari pertempuran. Ini adalah pilihan ketiga. Dengan menguasai diri, hamba belajar tentang diri dengan menceburkan diri ke dalam sungai di mana air mengalir sampai jauh.
Dengan komitmen, hamba menata tindakan dan terus mengalir tanpa peduli betapa kerasnya batu batu atau bagaimana perasaan hamba terhempas ketika tidak termotivasi. Hamba fokus, untuk mengenali, berkata tidak ketika godaan atau gangguan berada di depan mata. Hamba konsisten, berkelanjutan mengambil tindakan untuk melaju pantang mengendur.
Apa Perlunya Menguasai Diri
Penguasaan diri adalah kompetensi penting yang dapat menyelamatkan manusia dari potensi penghancuran diri sendiri. Dengan menguasai diri, Tuan belajar, tumbuh, berkembang dan mengatasi hambatan lahir batin.
Jika Tuan ingin menurunkan berat badan atau menjalani gaya hidup sehat, tidak cukup dengan hanya menonton acara memasak atau memiliki kartu anggota fitness. Sebagai awal, itu baik. Namun tidak cukup, Tuan harus pergi ke dapur untuk memasak menu gizi seimbang dan beranjak dari sofa untuk berolahraga. Tuan harus mengatasi gaya hidup dengan kebiasaan yang menyehatkan.
Jika Tuan ingin membangun bisnis yang menguntungkan, tidak cukup hanya dengan menghadiri workshop. Pengetahuan itu penting, tapi tidak ada gunanya sampai Tuan bertindak atasnya. Tuan harus mengendalikan diri Tuan untuk mengambil tindakan. Tuan harus mengatasi gangguan yang menghalangi Tuan menuntaskan semua yang dibutuhkan untuk menciptakan nilai tambah, menarik pelanggan dan melakukan penjualan.
Tidak masalah apa yang ingin Tuan raih dalam hidup, tidak cukup untuk belajar bagaimana mencapainya. Tuan harus membuat diri Tuan melakukannya, dan itu diperlukan penguasaan diri.
Dan lagi, penguasaan diri itu berguna terutama ketika Tuan menghadapi masalah atau mengalami kesulitan. Siapapun bisa mengarahkan perahu di saat laut tenang. Tapi ketika hal-hal mulai terasa sulit dan susah dihindari [terasa sia-sia, atau membosankan, bahkan menakutkan], orang yang menguasai diri adalah mereka yang mampu bertahan di saat ombak menerjang, dan terus bergerak menuju tanah harapan.